7/04/2013

perhitungan waktu baku



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Di Indonesia perusahaan pembuatan tahu sudah berada sejak lama, salah satunya adalah Perusahaan Pabrik Tahu Makmur. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1982 yang awal mulanya didirikan oleh Bapak Mur Sayoto. Pembuatan perusahaan ini berawal dari ilmu yang telah didapat setelah menjadi salah satu tenaga kerja di perusahaan tahu selama 2 bulan, dari itulah ide gagasan pembuatan perusahaan tahu tetapi selama pengelolaan terjadi banyak hambatan sehingga pada tahun 1984 pabrik tersebut diubah menjadi pabrik roti gambus dan roti motor. Pada tahun 1986 pabrik roti tersebut mengalami kebangkrutan sehingga diputuskan untuk kembali ke pabrik tahu. Sampai sekarang untuk pengelolaan pabrik Tahu Makmur ini dikelola sendiri. Tujuan pendirian pabrik tahu ini awalnya dikarenakan peminat makanan tahu sangat banyak sedangkan pembuat tahu hanya sedikit.
2. Keadaan Geografis
Perusahaan pabrik Tahu Makmur ini terletak di daerah Teguhan RT 06 Sragen Etan. Pemilihan tempat ini dikarenakan banyak faktor, seperti dekat dengan rumah agar lebih mudah dalam proses pengelolaan pabrik, dekat dengan tenaga kerja dengan upah yang masih tergolong rendah dan dekat dengan bahan baku sehingga tidak menambah biaya produksi. Selain itu pabrik tahu ini dekat dengan pasar yang memudahkan untuk penjualan produk yang dihasilkan.
3. Struktur Perusahaan
Perusahaan pabrik Tahu Makmur dipimpin oleh Bapak Mur Sayoto yang secara langsung memimpin dan bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang ada dalam perusahaan atau disebut juga struktur organisasi lini. Struktur organisasi yang terdapat dalam perusahaan ini sangat sederhana dan tidak terlalu detail. Karena kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut juga cenderung masih sedikit. Karena perusahaan ini masih perusahaan perseorangan jadi hampir semua dilakukan secara sistem kekeluargaan. Tenaga kerja di perusahaan ini sebagian besar terdiri dari anggota keluarga pemilik usaha. Tingkat pendidikan umumnya relatif rendah sedangkan keterampilan yang dimiliki diperoleh dari pengalaman setelah lama bekerja di perusahaan tersebut.
4. Sistem Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti, yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pemasar. Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir,  melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran (Gitosudarmo, 1996).
Sistem pemasaran yang dilakukan perusahaan pabrik Tahu Makmur adalah dengan menjual secara tidak langsung kepada konsumen namun melalui penjual tahu eceran yang ada di pasar. Pada awal berdirinya perusahaan, produk tahu dijual secara eceran kepada konsumen di sekitar pabrik, akan tetapi seiring dengan meningkatnya laju permintaan produk biasanya produk tahu tersebut dipasarkan di daerah pasar Sragen.
B. Proses Produksi
Pengolahan tahu terdiri dari berbagai kegiatan yaitu perendaman, pencucian, penggilingan, pemasakan, penyaringan, pengentalan,pencetakan 1, pemotongan dan pencetakan 2. Apabila dijelaskan pada setiap kegiatan maka penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Perendaman
Kedelai yang sudah ditimbang kemudian direndam. Perendaman memiliki tujuan untuk melunakkan kedelai serta mempermudah proses pengelupasan kulit ari yang menempel pada kedelai. Pelunakan ini bertujuan untuk mempermudah proses kedelai ketika digiling sehingga mampu menghasilkan ekstrak yang optimal. Dalam perendaman ini dipastikan semua kedelai terendam dalam air.
2. Pencucian
Setelah direndam, maka biji kedelai dicuci agar bersih dari kotoran diantaranya berupa kerikil, kotoran, pasir, batang kedelai, kulit ari, kedelai yang rusak dan bahan lainnya yang kemungkinan tidak sengaja ikut tercampur diantara kedelai-kedelai. Biji-biji kedelai tersebut dicuci di bawah air yang mengalir sambil digosok-gosokkan agar kulit arinya terkelupas. Pencucian harus dilakukan sampai bersih agar tahu yang nanti dihasilkan tampak putih bersih.
3. Penggilingan
Proses ini bertujuan untuk memperkecil biji kedelai sehingga proses pencampuran dapat berlangsung dengan baik. Biji kedelai dihaluskan dengan mesin penggiling sampai menjadi bubur kedelai. Penggilingan dilakukan sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit supaya mempermudah proses penggilingan dalam menghancurkan biji-biji kedelai. Untuk melakukan proses penggilingan ini dibutuhkan mesin penggiling.
4. Pemasakan
Biji-biji kedelai yang telah digiling kemudian menjadi bubur kedelai. Bubur kedelai tersebut dimasukkan ke dalam wajan yang berukuran besar yang telah berisi air mendidih. Jarak waktu antara selesai digiling dan dimasak jangan lebih 5 menit. Agar kualitas tahu tetap baik. Dalam proses pemasakan, apabila adonan bubur kedelai tersebut tampak terlalu kental maka dapat dilakukan penambahan air sedikit demi sedikit sampai adonan bubur tahu tidak terlalu kental atau encer.
5. Penyaringan
Adonan bubur kedelai yang telah dimasak kemudian disaring menggunakan kain saring yang diletakkan pada tampah bambu. Dalam proses penyaringan ini juga ditambahkan air supaya mempermudah sari kedelai keluar dan mengurangi panas yang ada.Jumlah air yang digunakan lebih kurang 1:3 yaitu untuk 1 kg kedelai membutuhkan 3 liter air. Kegiatan penyaringan dilakukan berkali-kali sampai adonan bubur kedelai habis. Limbah dari penyaringan berupa ampas tahu biasanya dijual untuk pakan ternak.
6. Pengentalan
Sari kedelai hasil penyaringan kemudian digumpalkan dengan menambahkan penggumpal berupa kecutan. Kecutan merupakan air sisa proses pengentalan dan pengepresan tahu. Selain menggunakan kecutan, dapat juga digunakan batu tahu dengan cara batu tahu tersebut dihaluskan kemudian dilarutkan dalam air.Namun untuk kegiatan pengentalan ini digunakan kecutan. Cara pengentalannya yaitu kecutan tersebut ditambahkan ke dalam sari kedelai lalu diaduk perlahan searah sampai kecutan tersebut merata dalam larutan sari kedelai. Penambahan kecutan akan menyebabkan protein menjadi terlarut kemudian menggumpal. Campuran tersebut ditunggu kira-kira untuk 5 menit sampai gumpalan tahu-tahu tersebut terlihat mulai mengendap. Sebagian besar sisa cairan sari kedelai yang tidak menggumpal menjadi limbah cair yang sebagian besar nanti digunakan kembali sebagai kecutan untuk proses berikutnya.
7. Pengepresan 1
Proses ini bertujuan untuk memadatkan gumpalan-gumpalan tahu dengan melakukan pengepresan.Gumpalan tahu dimasukkan dalam kotak kayu berukuran 60 x 60 cm yang dilapisi kain saring. Kotak kayu kemudian ditutup dan diletakkan pemberat di atasnya. Beban pemberat yang biasa digunakan adalah batu dan cetakan semen. Pengepresan yang dilakukan akan membuat air keluar dan gumpalan tahu menjadi lebih padat. Pembuat tahu juga menambahkan cetakan kayu sebelum diletakkan pemberat dengan tujuan agar mendapatkan bentuk tahu yang diinginkan yaitu bentuk persegi sehingga hasilnya menjadi lebih seragam. Air sisa perasan dapat dipakai lagi menjadi kecutan untuk proses pembuatan tahu selanjutnya.
8. Pemotongan
Kemudian tahu dikeluarkan dari cetakan kayu dan dilepaskan kain saringnya. Selanjutnya tahu dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan atau sesuai ukuran dari cetakan. Hasil potongan tahu ini disesuaikan dengan harganya.
9. Pengepresan 2
Proses ini merupakan lanjutan untuk menghasilkan tahu putih pres. Tahu yang sudah dipotong tadi, masing-masing dibungkus dengan kain saring kecil berbentuk kotak. Tahu yang telah dibungkus dengan kain saring, diatur pada papan kayu dan diberi pemberat. Hasil proses ini akan didapatkan hasil tahu yang lebih padat dan berpori-pori kecil.
Selanjutnya proses tersebut digambarkan melalui Peta Proses Operasi pada Gambar 4.1. Peta Proses Operasi Pembuatan Tahu.
 Gambar 4.1. Peta Proses Operasi Pembuatan Tahu




C.  Perhitungan Data
  1. Perhitungan Uji Keseragaman Data dan Uji Kecukupan Data
Perhitungan keseragaman dan kecukupan data dilakukan untuk menguji data yang digunakan dalam pengukuran telah mencukupi kebutuhan atau belum mencukupi kebutuhan pengukuran. Contoh hasil pengamatan data waktu siklus terdapat dalam Tabel 4.1. Data waktu siklus pada operasi penimbangan kedelai.
 Tabel 4.1. Data waktu siklus pada operasi penimbangan kedelai.
N
Xi
(Xi-)
(Xi-) 2
(Xi)2
1
306,50
-1,65
2,72
93942,25
2
312,16
4,01
16,08
97443,87
3
306,14
-2,01
4,04
93721,70
4
312,17
4,02
16,16
97450,11
5
306,24
-1,91
3,65
93782,94
6
312,27
4,12
16,97
97512,55
7
306,46
-1,69
2,86
93917,73
8
306,41
-1,74
3,03
93887,09
9
312,36
4,21
17,72
97568,77
10
330,12
21,97
482,66
108979,21
11
306,39
-1,76
3,10
93874,83
12
300,33
-7,82
61,16
90198,11
13
300,59
-7,56
57,16
90354,35
14
306,37
-1,78
3,17
93862,58
15
306,53
-1,62
2,63
93960,64
16
306,21
-1,94
3,77
93764,56
17
312,31
4,16
17,30
97537,54
18
318,41
10,26
105,26
101384,93
19
312,60
4,45
19,80
97718,76
20
282,44
-25,71
661,03
79772,35
Total
6163,01
0,00
1500,25
1900634,87
Rata
308,15



Kuadrat
94956,73



Sumber : hasil pengamatan  
Keterangan :
N : jumlah pengambilan data waktu siklus
Xi : data waktu siklus
: rata-rata waktu siklus
 = 8,89
 =
 = 1,99
Setelah itu, dihitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah untuk menentukan data pengukuran kerja yang seragam (in control).
Rumus batas kontrol atas adalah
BKA =  + 3
BKA = 307,8 + 3 (1,99)
BKA = 314,11
Rumus batas kontrol bawah adalah
BKB = - 3
BKB = 307,8 - 3 (1,99)
BKB = 302,19
Kemudian, dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah tersebut akan terlihat data pengukuran mana saja yang masuk dalam batas kontrol. Hasilnya terlihat pada Gambar 4.2. Grafik Uji Keseragaman Data pada Operasi Penimbangan Kedelai
Gambar 4.2. Grafik Uji Keseragaman Data pada Operasi Penimbangan Kedelai
Dari gambar grafik 4.1. terlihat 5 data yang out of control yaitu data ke 10, 12, 13, 18 dan 20. Data yang out of control tidak dapat dihitung sebagai pengujian keseragaman data karena hanya data yang in control saja yang dapat dihitung sebagai keseragaman data.
Setelah mendapatkan data pengukuran yang in control (terdapat 15 data) selanjutnya adalah menghitung kecukupan data dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat ketelitian  5%. Tingkat kepercayaan sebesar 95% menunjukkan bahwa keyakinan pengukur pada nilai rata-rata yang diambil sebesar 95% sedangkan pada tingkat ketelitian sebesar 5% memberikan arti bahwa dalam perhitungan terhadap toleransi nilai yang menyimpang sebesar 5% dari nilai rata-rata yang sebenarnya. Sehingga perhitungannya menjadi  :
Hasil N’ yaitu sebesar 0,14 lebih kecil dari N (jumlah data yang ada pada data yang in control) yaitu sebesar 15. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang diambil telah mencukupi karena N’ kurang dari N. Untuk hasil perhitungan keseragaman dan kecukupan data proses yang lainnya terlampir pada lampiran 1.
2. Perhitungan Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh pekerja dalam keadaan normal. Perhitungan waktu baku membutuhkan faktor penyesuaian dan kelonggaran karena hal tersebut memiliki pengaruh bagi kecepatan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Faktor tersebut menurut Westinghouse’s System meliputi penyesuaian keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Sedangkan faktor kelonggaran adalah faktor yang menyebabkan pekerja melakukan gerakan-gerakan yang tidak termasuk dalam dalam penyelesaian pekerjaan karena dilakukan di antara kegiatan penyelesaian kerja. Hal tersebut meliputi kelelahan mata, pemenuhan kebutuhan pribadi misalnya untuk ke toilet atau minum, sikap kerja dan gerakan-gerakan tubuh untuk mengurangi kelelahan.
Contoh perhitungan waktu normal dan waktu baku untuk operasi penimbangan kedelai adalah
a. Waktu Normal
Faktor penyesuaian menurut Westinghouse System
Keterampilan           : Good (C1)      = +0,06
Usaha                      : Good (C1)       = +0,05
Kondisi kerja          : Average (D)     =   0,00
Konsistensi              : Good (C)         =  +0,01
Faktor penyesuaian                           = 0,12
Waktu normal  = Waktu siklus . (1+faktor penyesuaian)
                                         = 308,7413333 . (1,12)
                                         = 345,7903 detik
Nilai tersebut diambil berdasarkan pada hasil pengamatan pada saat pekerja berkerja. Pengambilan penilaian merupakan penilaian secara subyektif namun disesuaikan dengan kondisi yang sesungguhnya. Misalnya untuk keterampilan (Skill) pekerja yang mendapatkan nilai Good di mana dalam tabel memiliki nilai sejumlah +0,06. Penilaian tersebut menandakan bahwa keterampilan bekerja yang diamati memiliki kualifikasi yaitu (Sutalaksana, 1979) :
1.      Kualitas yang baik
2.      Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya
3.      Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah
4.      Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap
5.      Tidak memerlukan banyak pengawasan
6.      Tidak ada keraguan dalam melakukan tindakan kerjanya
7.      Bekerjanya terlihat stabil
8.      Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik
9.      Gerakannya terlihat sangat cepat
Sedangkan dalam penilaian untuk usahanya (Effort), pekerja yang diamati mendapat nilai Good senilai +0,05 karena memiliki kualifikasi yaitu (Sutalaksana, 1979):
1.      Bekerja berirama
2.      Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan terkadang tidak ada
3.      Penuh perhatian terhadap pekerjaannya
4.      Senang dengan pekerjaannya
5.      Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari
6.      Menerima saran dan petunjuk untuk perbaikan kerjanya dengan senang
7.      Dapat memberi saran perbaikan kerja untuk pekerja lainnya
8.      Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi
9.      Menggunakan alat bekerja yang tepat dengan baik
10.  Memelihara dengan baik kondisi peralatan kerjanya
Selanjutnya adalah pada kondisi kerja (Condition) pada cara Westinghouse’s System adalah kondisi fisik lingkungan tempat bekerjanya pekerja yaitu pencahayaan ruang, temperatur dan kebisingan ruangan. Pada operasi penimbangan kedelai, ruangan yang digunakan sangat sempit menjadi satu dengan tempat peyimpanan kedelai. Hal tersebut dimaksudkan oleh pemilik perusahaan agar pekerja lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya karena dekat dengan bahan baku. Namun kondisi ini menyebabkan ruangan menjadi kotor dan berdebu. Selain itu untuk pencahayaannya tidak terlalu mendapat cukup sinar matahari sehingga ruangan menjadi gelap dan juga pengap karena kurangnya ventilasi udara. Sehingga melihat keadaan demikian penilaian terhadap kondisi (Condition) adalah 0,00 atau Average.
Kemudian untuk faktor yang terakhir adalah konsistensi (Consistency) pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Konsistensi adalah keteraturan waktu yang dibutuhkan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam keteraturan waktu tersebut terlihat apakah pekerja mampu menjaga kestabilan waktu yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Untuk pekerja di stasiun penimbangan kedelai yang diamati mendapatkan nilai konsistensi yaitu Good  atau sebesar +0,01. Nilai tersebut didapatkan pekerja tersebut karena pekerja mampu menunjukkan kestabilan kebutuhan waktu yang diperlukannya dalam melakukan pekerjaannya dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain.
Untuk hasil dan cara perhitungan Rating Factor dan waktu normal yang lebih lengkap mencakup seluruh kegiatan operasi terdapat dalam lampiran 2.
b. Waktu Baku
 Untuk menghitung waktu baku maka diperlukan nilai allowance (kelonggaran) yang didapatkan dari jumlah waktu yang digunakan pekerja untuk pemenuhan kebutuhan pribadinya di sela-sela waktu bekerja pekerja tersebut menyelesaikan pekerjaannya di luar jam istirahat para pekerja. Asumsi kelonggaran waktu yang dilakukan pekerja adalah 60 menit atau 3600 detik untuk 7 jam waktu bekerja. Waktu 60 menit tersebut digunakan pekerja untuk kebutuhan pribadinya misalnya ke toilet maupun melakukan gerakan-gerakan melepas lelah seperti menguap ataupun relaksasi sejenak. Dalam satu hari periode kerja di Pabrik Tahu Makmur terdapat 8 jam waktu kerja namun karena pada pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB merupakan waktu istirahat untuk para pekerja sehingga disimpulkan bahwa jam kerja efektif adalah 7 jam.
Sehingga perhitungan Allowance factor adalah
= 3600 / 25200
                           =  0,142857
Kemudian perhitungan waktu baku untuk operasi penimbangan kedelai (Tabel 4.6)
          Wb = Waktu normal .
  Wb = 345,7903.
                          Wb = 345,7903.  1,166667
                          Wb = 403,422detik
                          Wb = 6,7237menit
Untuk hasil dan cara perhitungan yang lebih lengkap mencakup seluruh kegiatan operasi terdapat dalam lampiran 2. Hasil perhitungan waktu normal dan waktu baku terdapat dalam Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Waktu Normal, Rating Factor, Allowance Factor dan Waktu Baku pada Pembuatan Tahu.
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Waktu Normal, Rating Factor, Allowance Factor dan Waktu Baku pada Pembuatan Tahu
Operasi
Waktu Normal (detik)
Rating Factor
Allowance Factor (%)
Waktu baku (detik)
1. Penimbangan
345,79
1,12
14,29
403,42
2. Perendaman
12381,01
1,12
14,29
14444,51
3. Pencucian
719,04
1,12
14,29
838,88
4. Penggilingan
117,22
1,12
14,29
136,75
5. Perebusan
253,06
1,12
14,29
295,23
6. Penyaringan
80,99
1,12
14,29
94,49
7. Pengentalan
366,79
1,12
14,29
427,92
8. Pencetakan 1
197,92
1,12
14,29
230,91
9. Pemotongan
32,10
1,12
14,29
37,45
10. Pencetakan 2
37,23
1,12
14,29
43,44
Sumber : data olahan


Dengan adanya perhitungan waktu baku maka akan lebih mudah pemilik perusahaan untuk menghitung jumlah tahu yang dapat diproduksi per hari, sehingga lebih efektif dan efisien dalam proses pembuatan tahu. Selain itu, dengan perhitungan ini dapat mengetahui waktu proses yang dapat menghambat (bottle neck) proses produksi. Dengan demikian, perusahaan lebih mudah dalam mengontrol proses produksi.

















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
                    Dalam perhitunga  waktu  baku  untuk pembuatan Tahu  makmur  pada setiap stasiun kerja satuan menit yaitu : Penimbangan 6,72 menit. Perendaman 240,74 menit. Pencucian 13,98 menit. Penggilingan2,28 menit. Perebusan 4,92. menit Penyaringan 1.57. menit pengentalan 0,82 menit.pencetakan 1. 3,85 menit.pemotongan 0,62. menit Pecetakan 2. 0,72 menit.                               Dengan adanya perhitungan waktu baku maka akan lebih mudah dalam menghitung produk yang dapat dihasilkan tiap harinya.
 .
B. Saran
1. Agar pemilik perusahaan lebih memperhatikan tata letak ruangan dalam perusahaan terutama ventilasi.
2. Agar para karyawan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan tempat karyawan bekerja.
                          






DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1, 2011. Aspek Teknis Produksi Tempe dan Tahu. http://www.keluarga.net/dapur/. Diakses pada tanggal 21 Juni 2011


Aji, Argo. 1998. Perbaikan Sistem Kerja Untuk Peningkatan Efektifitas Dan Efisiensi Kerja (Studi Kasus Di Bagian Pembuatan Kemasan Kantong PT Argha Karya Prima Industri-Tangerang). Skripsi Jurusan TIP FTP UGM. Yogyakarta

Apriyantono, Anton. 2006. Titik Kritis Tahu. http://www.halalguide.info Diakses pada tanggal 22 Maret 2011

Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia
Beigel. 1992. Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif. Akademika Pressindo. Jakarta

Koswara, Sutrisno. 2007. Nilai Gizi Pengawetan dan Pengolahan Tahu. http://www.ebookpangan.com. Diakses pada tanggal 13 Januari 2011

Madyana, A.M. 1996. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. Fakultas Teknologi Industri,Universitas Atmajaya. Yogyakarta

Miller, D.M Schmidt, J.W. 1984. Industrial Engineering and Operation Research. Jhon Wileys and Sons. New York

Nurhasan, Pramudyanto, BB. 1991. Penanganan Air Limbah Tahu. Penerbit Yayasan Bina Lestari

Sutalaksana, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknologi Industri, ITB. Bandung

Wignjosoebroto, S. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu (Teknik Analisis untuk Peningkatan Produkvitas Kerja). Edisi Pertama Cetakan Kedua . Gunawidya. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar