BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Di Indonesia perusahaan pembuatan tahu sudah
berada sejak lama, salah satunya adalah Perusahaan Pabrik Tahu Makmur.
Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1982 yang awal mulanya didirikan oleh
Bapak Mur Sayoto. Pembuatan perusahaan ini berawal dari ilmu yang telah didapat
setelah menjadi salah satu tenaga kerja di perusahaan tahu selama 2 bulan, dari
itulah ide gagasan pembuatan perusahaan tahu tetapi selama pengelolaan terjadi
banyak hambatan sehingga pada tahun 1984 pabrik tersebut diubah menjadi pabrik
roti gambus dan roti motor. Pada tahun 1986 pabrik roti tersebut mengalami
kebangkrutan sehingga diputuskan untuk kembali ke pabrik tahu. Sampai sekarang
untuk pengelolaan pabrik Tahu Makmur ini dikelola sendiri. Tujuan pendirian
pabrik tahu ini awalnya dikarenakan peminat makanan tahu sangat banyak
sedangkan pembuat tahu hanya sedikit.
2. Keadaan Geografis
Perusahaan pabrik Tahu Makmur ini terletak di
daerah Teguhan RT 06 Sragen Etan. Pemilihan tempat ini dikarenakan banyak
faktor, seperti dekat dengan rumah agar lebih mudah dalam proses pengelolaan
pabrik, dekat dengan tenaga kerja dengan upah yang masih tergolong rendah dan
dekat dengan bahan baku sehingga tidak menambah biaya produksi. Selain itu
pabrik tahu ini dekat dengan pasar yang memudahkan untuk penjualan produk yang
dihasilkan.
3. Struktur Perusahaan
Perusahaan pabrik Tahu Makmur dipimpin oleh Bapak Mur
Sayoto yang secara langsung memimpin dan bertanggung jawab atas setiap kegiatan
yang ada dalam perusahaan atau disebut juga struktur organisasi lini. Struktur
organisasi yang terdapat dalam perusahaan ini sangat sederhana dan tidak
terlalu detail. Karena kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut juga
cenderung masih sedikit. Karena
perusahaan ini masih perusahaan perseorangan jadi hampir semua dilakukan secara
sistem kekeluargaan. Tenaga kerja di perusahaan ini sebagian besar terdiri dari
anggota keluarga pemilik usaha. Tingkat pendidikan umumnya relatif rendah
sedangkan keterampilan yang dimiliki diperoleh dari pengalaman setelah lama
bekerja di perusahaan tersebut.
4. Sistem Pemasaran
Pemasaran
adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan
bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada
konsep inti, yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, nilai, biaya
dan kepuasan, pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pemasar.
Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa
sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya
pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah
bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari
analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi
pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran
(Gitosudarmo, 1996).
Sistem pemasaran yang dilakukan perusahaan pabrik Tahu
Makmur adalah dengan menjual
secara tidak langsung kepada konsumen namun melalui penjual tahu eceran
yang ada di pasar. Pada awal
berdirinya perusahaan, produk tahu dijual secara eceran kepada konsumen di
sekitar pabrik, akan tetapi seiring dengan meningkatnya laju permintaan produk biasanya
produk tahu tersebut dipasarkan di daerah pasar Sragen.
B. Proses Produksi
Pengolahan tahu terdiri dari berbagai kegiatan
yaitu perendaman, pencucian, penggilingan, pemasakan, penyaringan,
pengentalan,pencetakan 1, pemotongan dan pencetakan 2. Apabila dijelaskan pada
setiap kegiatan maka penjelasannya adalah sebagai berikut :
1.
Perendaman
Kedelai yang sudah ditimbang kemudian direndam. Perendaman
memiliki tujuan untuk melunakkan kedelai serta mempermudah proses pengelupasan
kulit ari yang menempel pada kedelai. Pelunakan ini bertujuan untuk mempermudah
proses kedelai ketika digiling sehingga mampu menghasilkan ekstrak yang
optimal. Dalam perendaman ini dipastikan semua kedelai terendam dalam air.
2.
Pencucian
Setelah direndam, maka biji kedelai dicuci agar
bersih dari kotoran diantaranya berupa kerikil, kotoran, pasir, batang kedelai,
kulit ari, kedelai yang rusak dan bahan lainnya yang kemungkinan tidak sengaja
ikut tercampur diantara kedelai-kedelai. Biji-biji kedelai tersebut dicuci di
bawah air yang mengalir sambil digosok-gosokkan agar kulit arinya terkelupas.
Pencucian harus dilakukan sampai bersih agar tahu yang nanti dihasilkan tampak
putih bersih.
3.
Penggilingan
Proses ini bertujuan untuk memperkecil biji
kedelai sehingga proses pencampuran dapat berlangsung dengan baik. Biji kedelai
dihaluskan dengan mesin penggiling sampai menjadi bubur kedelai. Penggilingan
dilakukan sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit supaya mempermudah proses
penggilingan dalam menghancurkan biji-biji kedelai. Untuk melakukan proses
penggilingan ini dibutuhkan mesin penggiling.
4.
Pemasakan
Biji-biji kedelai yang telah digiling kemudian
menjadi bubur kedelai. Bubur kedelai tersebut dimasukkan ke dalam wajan yang
berukuran besar yang telah berisi air mendidih. Jarak waktu antara selesai
digiling dan dimasak jangan lebih 5 menit. Agar kualitas tahu tetap baik. Dalam
proses pemasakan, apabila adonan bubur kedelai tersebut tampak terlalu kental
maka dapat dilakukan penambahan air sedikit demi sedikit sampai adonan bubur
tahu tidak terlalu kental atau encer.
5.
Penyaringan
Adonan bubur kedelai yang telah dimasak kemudian
disaring menggunakan kain saring yang diletakkan pada tampah bambu. Dalam
proses penyaringan ini juga ditambahkan air supaya mempermudah sari kedelai
keluar dan mengurangi panas yang ada.Jumlah air yang digunakan lebih kurang 1:3
yaitu untuk 1 kg kedelai membutuhkan 3 liter air. Kegiatan penyaringan
dilakukan berkali-kali sampai adonan bubur kedelai habis. Limbah dari
penyaringan berupa ampas tahu biasanya dijual untuk pakan ternak.
6.
Pengentalan
Sari kedelai hasil penyaringan kemudian
digumpalkan dengan menambahkan penggumpal berupa kecutan. Kecutan merupakan air
sisa proses pengentalan dan pengepresan tahu. Selain menggunakan kecutan, dapat
juga digunakan batu tahu dengan cara batu tahu tersebut dihaluskan kemudian
dilarutkan dalam air.Namun untuk kegiatan pengentalan ini digunakan kecutan.
Cara pengentalannya yaitu kecutan tersebut ditambahkan ke dalam sari kedelai
lalu diaduk perlahan searah sampai kecutan tersebut merata dalam larutan sari
kedelai. Penambahan kecutan akan menyebabkan protein menjadi terlarut kemudian
menggumpal. Campuran tersebut ditunggu kira-kira untuk 5 menit sampai gumpalan
tahu-tahu tersebut terlihat mulai mengendap. Sebagian besar sisa cairan sari
kedelai yang tidak menggumpal menjadi limbah cair yang sebagian besar nanti
digunakan kembali sebagai kecutan untuk proses berikutnya.
7. Pengepresan 1
Proses ini bertujuan untuk memadatkan
gumpalan-gumpalan tahu dengan melakukan pengepresan.Gumpalan tahu dimasukkan
dalam kotak kayu berukuran 60 x 60 cm yang dilapisi kain saring. Kotak kayu
kemudian ditutup dan diletakkan pemberat di atasnya. Beban pemberat yang biasa
digunakan adalah batu dan cetakan semen. Pengepresan yang dilakukan akan
membuat air keluar dan gumpalan tahu menjadi lebih padat. Pembuat tahu juga
menambahkan cetakan kayu sebelum diletakkan pemberat dengan tujuan agar
mendapatkan bentuk tahu yang diinginkan yaitu bentuk persegi sehingga hasilnya
menjadi lebih seragam. Air sisa perasan dapat dipakai lagi menjadi kecutan
untuk proses pembuatan tahu selanjutnya.
8. Pemotongan
Kemudian tahu dikeluarkan dari cetakan kayu dan
dilepaskan kain saringnya. Selanjutnya tahu dipotong-potong sesuai dengan
ukuran yang diinginkan atau sesuai ukuran dari cetakan. Hasil potongan tahu ini
disesuaikan dengan harganya.
9. Pengepresan 2
Proses ini merupakan lanjutan untuk menghasilkan
tahu putih pres. Tahu yang sudah dipotong tadi, masing-masing dibungkus dengan
kain saring kecil berbentuk kotak. Tahu yang telah dibungkus dengan kain saring,
diatur pada papan kayu dan diberi pemberat. Hasil proses ini akan didapatkan
hasil tahu yang lebih padat dan berpori-pori kecil.
Selanjutnya proses tersebut digambarkan melalui
Peta Proses Operasi pada Gambar 4.1. Peta Proses Operasi Pembuatan Tahu.
Gambar 4.1. Peta Proses Operasi
Pembuatan Tahu
C. Perhitungan Data
- Perhitungan Uji Keseragaman Data dan Uji Kecukupan Data
Perhitungan keseragaman dan kecukupan data
dilakukan untuk menguji data yang digunakan dalam pengukuran telah mencukupi
kebutuhan atau belum mencukupi kebutuhan pengukuran. Contoh hasil pengamatan
data waktu siklus terdapat dalam Tabel 4.1. Data waktu siklus pada operasi
penimbangan kedelai.
Tabel 4.1. Data waktu siklus pada operasi
penimbangan kedelai.
N
|
Xi
|
(Xi-) 2
|
(Xi)2
|
|
1
|
306,50
|
-1,65
|
2,72
|
93942,25
|
2
|
312,16
|
4,01
|
16,08
|
97443,87
|
3
|
306,14
|
-2,01
|
4,04
|
93721,70
|
4
|
312,17
|
4,02
|
16,16
|
97450,11
|
5
|
306,24
|
-1,91
|
3,65
|
93782,94
|
6
|
312,27
|
4,12
|
16,97
|
97512,55
|
7
|
306,46
|
-1,69
|
2,86
|
93917,73
|
8
|
306,41
|
-1,74
|
3,03
|
93887,09
|
9
|
312,36
|
4,21
|
17,72
|
97568,77
|
10
|
330,12
|
21,97
|
482,66
|
108979,21
|
11
|
306,39
|
-1,76
|
3,10
|
93874,83
|
12
|
300,33
|
-7,82
|
61,16
|
90198,11
|
13
|
300,59
|
-7,56
|
57,16
|
90354,35
|
14
|
306,37
|
-1,78
|
3,17
|
93862,58
|
15
|
306,53
|
-1,62
|
2,63
|
93960,64
|
16
|
306,21
|
-1,94
|
3,77
|
93764,56
|
17
|
312,31
|
4,16
|
17,30
|
97537,54
|
18
|
318,41
|
10,26
|
105,26
|
101384,93
|
19
|
312,60
|
4,45
|
19,80
|
97718,76
|
20
|
282,44
|
-25,71
|
661,03
|
79772,35
|
Total
|
6163,01
|
0,00
|
1500,25
|
1900634,87
|
Rata
|
308,15
|
|
|
|
Kuadrat
|
94956,73
|
|
|
|
Sumber : hasil pengamatan
Keterangan :
N : jumlah pengambilan data waktu siklus
Xi : data waktu siklus
: rata-rata
waktu siklus
= 8,89
=
= 1,99
Setelah itu, dihitung batas kontrol atas dan batas
kontrol bawah untuk menentukan data pengukuran kerja yang seragam (in control).
Rumus batas kontrol atas adalah
BKA = + 3
BKA = 307,8 + 3 (1,99)
BKA = 314,11
Rumus batas kontrol bawah adalah
BKB = - 3
BKB = 307,8 - 3 (1,99)
BKB = 302,19
Kemudian, dari batas kontrol atas dan batas
kontrol bawah tersebut akan terlihat data pengukuran mana saja yang masuk dalam
batas kontrol. Hasilnya terlihat pada Gambar 4.2. Grafik
Uji Keseragaman Data pada Operasi Penimbangan Kedelai
Gambar 4.2. Grafik Uji Keseragaman Data pada Operasi
Penimbangan Kedelai
Dari gambar grafik 4.1. terlihat 5 data yang out of control yaitu data ke 10, 12, 13, 18 dan 20. Data yang out of control tidak dapat dihitung
sebagai pengujian keseragaman data karena hanya data yang in control saja yang dapat dihitung sebagai keseragaman data.
Setelah mendapatkan data pengukuran yang in control (terdapat 15 data) selanjutnya
adalah menghitung kecukupan data dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar
95% dan tingkat ketelitian 5%. Tingkat
kepercayaan sebesar 95% menunjukkan bahwa keyakinan pengukur pada nilai
rata-rata yang diambil sebesar 95% sedangkan pada tingkat ketelitian sebesar 5%
memberikan arti bahwa dalam perhitungan terhadap toleransi nilai yang
menyimpang sebesar 5% dari nilai rata-rata yang sebenarnya. Sehingga
perhitungannya menjadi :
Hasil N’ yaitu sebesar 0,14 lebih kecil dari N
(jumlah data yang ada pada data yang in control)
yaitu sebesar 15. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data
yang diambil telah mencukupi karena N’ kurang dari N. Untuk hasil perhitungan
keseragaman dan kecukupan data proses yang lainnya terlampir pada lampiran 1.
2. Perhitungan Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan secara wajar oleh pekerja dalam
keadaan normal. Perhitungan waktu baku membutuhkan faktor penyesuaian dan
kelonggaran karena hal tersebut memiliki pengaruh bagi kecepatan pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya.
Faktor tersebut menurut Westinghouse’s System meliputi penyesuaian keterampilan, usaha,
kondisi kerja dan konsistensi. Sedangkan faktor kelonggaran adalah faktor yang
menyebabkan pekerja melakukan gerakan-gerakan yang tidak termasuk dalam dalam
penyelesaian pekerjaan karena dilakukan di antara kegiatan penyelesaian kerja.
Hal tersebut meliputi kelelahan mata, pemenuhan kebutuhan pribadi misalnya
untuk ke toilet atau minum, sikap kerja dan gerakan-gerakan tubuh untuk
mengurangi kelelahan.
Contoh perhitungan waktu normal dan waktu baku
untuk operasi penimbangan kedelai adalah
a.
Waktu Normal
Faktor penyesuaian menurut Westinghouse System
Keterampilan :
Good (C1) = +0,06
Usaha :
Good (C1) = +0,05
Kondisi kerja : Average
(D) = 0,00
Konsistensi
: Good (C) = +0,01
Faktor penyesuaian =
0,12
Waktu normal
= Waktu siklus . (1+faktor penyesuaian)
= 308,7413333 . (1,12)
= 345,7903 detik
Nilai tersebut diambil berdasarkan pada hasil
pengamatan pada saat pekerja berkerja. Pengambilan penilaian merupakan
penilaian secara subyektif namun disesuaikan dengan kondisi yang sesungguhnya.
Misalnya untuk keterampilan (Skill)
pekerja yang mendapatkan nilai Good di
mana dalam tabel memiliki nilai sejumlah +0,06. Penilaian tersebut menandakan
bahwa keterampilan bekerja yang diamati memiliki kualifikasi yaitu
(Sutalaksana, 1979) :
1. Kualitas yang baik
2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada
kebanyakan pekerja pada umumnya
3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada
pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan
6. Tidak ada keraguan dalam melakukan
tindakan kerjanya
7. Bekerjanya terlihat stabil
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan
baik
9. Gerakannya terlihat sangat cepat
Sedangkan dalam penilaian untuk usahanya (Effort), pekerja yang diamati mendapat
nilai Good senilai +0,05 karena
memiliki kualifikasi yaitu (Sutalaksana, 1979):
1. Bekerja berirama
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit,
bahkan terkadang tidak ada
3. Penuh perhatian terhadap pekerjaannya
4. Senang dengan pekerjaannya
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang
hari
6. Menerima saran dan petunjuk untuk
perbaikan kerjanya dengan senang
7. Dapat memberi saran perbaikan kerja untuk
pekerja lainnya
8. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan
rapi
9. Menggunakan alat bekerja yang tepat dengan
baik
10. Memelihara dengan baik kondisi peralatan
kerjanya
Selanjutnya adalah pada kondisi kerja (Condition) pada cara Westinghouse’s System adalah kondisi
fisik lingkungan tempat bekerjanya pekerja yaitu pencahayaan ruang, temperatur
dan kebisingan ruangan. Pada operasi penimbangan kedelai, ruangan yang
digunakan sangat sempit menjadi satu dengan tempat peyimpanan kedelai. Hal tersebut
dimaksudkan oleh pemilik perusahaan agar pekerja lebih cepat menyelesaikan
pekerjaannya karena dekat dengan bahan baku. Namun kondisi ini menyebabkan ruangan
menjadi kotor dan berdebu. Selain itu untuk pencahayaannya tidak terlalu
mendapat cukup sinar matahari sehingga ruangan menjadi gelap dan juga pengap
karena kurangnya ventilasi udara. Sehingga melihat keadaan demikian penilaian
terhadap kondisi (Condition) adalah
0,00 atau Average.
Kemudian untuk faktor yang terakhir adalah
konsistensi (Consistency) pekerja
dalam menyelesaikan pekerjaan. Konsistensi adalah keteraturan waktu yang
dibutuhkan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam keteraturan waktu
tersebut terlihat apakah pekerja mampu menjaga kestabilan waktu yang
dibutuhkannya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Untuk pekerja di stasiun
penimbangan kedelai yang diamati mendapatkan nilai konsistensi yaitu Good
atau sebesar +0,01. Nilai tersebut didapatkan pekerja tersebut karena
pekerja mampu menunjukkan kestabilan kebutuhan waktu yang diperlukannya dalam
melakukan pekerjaannya dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain.
Untuk hasil dan cara perhitungan Rating Factor dan waktu normal yang
lebih lengkap mencakup seluruh kegiatan operasi terdapat dalam lampiran 2.
b.
Waktu Baku
Untuk
menghitung waktu baku maka diperlukan nilai allowance
(kelonggaran) yang didapatkan dari jumlah waktu yang digunakan pekerja
untuk pemenuhan kebutuhan pribadinya di sela-sela waktu bekerja pekerja
tersebut menyelesaikan pekerjaannya di luar jam istirahat para pekerja. Asumsi
kelonggaran waktu yang dilakukan pekerja adalah 60 menit atau 3600 detik untuk 7
jam waktu bekerja. Waktu 60 menit tersebut digunakan pekerja untuk kebutuhan
pribadinya misalnya ke toilet maupun melakukan gerakan-gerakan melepas lelah
seperti menguap ataupun relaksasi sejenak. Dalam satu hari periode kerja di
Pabrik Tahu Makmur terdapat 8 jam waktu kerja namun karena pada pukul 12.00 WIB
sampai dengan pukul 13.00 WIB merupakan waktu istirahat untuk para pekerja
sehingga disimpulkan bahwa jam kerja efektif adalah 7 jam.
Sehingga perhitungan Allowance factor adalah
= 3600 / 25200
= 0,142857
Kemudian
perhitungan waktu baku untuk operasi penimbangan kedelai (Tabel 4.6)
Wb = Waktu normal .
Wb
= 345,7903.
Wb = 345,7903. 1,166667
Wb = 403,422detik
Wb = 6,7237menit
Untuk hasil dan cara perhitungan yang lebih lengkap
mencakup seluruh kegiatan operasi terdapat dalam lampiran 2. Hasil perhitungan
waktu normal dan waktu baku terdapat dalam Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Waktu
Normal, Rating Factor, Allowance Factor dan Waktu Baku pada Pembuatan
Tahu.
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Waktu Normal, Rating Factor, Allowance Factor dan Waktu Baku pada Pembuatan
Tahu
Operasi
|
Waktu Normal (detik)
|
Rating Factor
|
Allowance Factor (%)
|
Waktu baku (detik)
|
1. Penimbangan
|
345,79
|
1,12
|
14,29
|
403,42
|
2. Perendaman
|
12381,01
|
1,12
|
14,29
|
14444,51
|
3. Pencucian
|
719,04
|
1,12
|
14,29
|
838,88
|
4. Penggilingan
|
117,22
|
1,12
|
14,29
|
136,75
|
5. Perebusan
|
253,06
|
1,12
|
14,29
|
295,23
|
6. Penyaringan
|
80,99
|
1,12
|
14,29
|
94,49
|
7. Pengentalan
|
366,79
|
1,12
|
14,29
|
427,92
|
8. Pencetakan 1
|
197,92
|
1,12
|
14,29
|
230,91
|
9. Pemotongan
|
32,10
|
1,12
|
14,29
|
37,45
|
10. Pencetakan 2
|
37,23
|
1,12
|
14,29
|
43,44
|
Sumber
: data olahan
Dengan adanya perhitungan waktu baku maka akan
lebih mudah pemilik perusahaan untuk menghitung jumlah tahu yang dapat
diproduksi per hari, sehingga lebih efektif dan efisien dalam proses pembuatan
tahu. Selain itu, dengan perhitungan ini dapat mengetahui waktu proses yang
dapat menghambat (bottle neck) proses produksi. Dengan demikian, perusahaan
lebih mudah dalam mengontrol proses produksi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dalam
perhitunga waktu baku
untuk pembuatan Tahu makmur pada setiap stasiun kerja satuan menit yaitu
: Penimbangan 6,72 menit. Perendaman 240,74 menit. Pencucian 13,98 menit. Penggilingan2,28
menit. Perebusan 4,92. menit Penyaringan 1.57. menit pengentalan 0,82 menit.pencetakan
1. 3,85 menit.pemotongan 0,62. menit Pecetakan 2. 0,72 menit. Dengan adanya
perhitungan waktu baku maka akan lebih mudah dalam menghitung produk yang dapat
dihasilkan tiap harinya.
.
B. Saran
1. Agar pemilik perusahaan lebih
memperhatikan tata letak ruangan dalam perusahaan terutama ventilasi.
2. Agar para karyawan lebih memperhatikan
kebersihan lingkungan tempat karyawan bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1, 2011. Aspek Teknis Produksi
Tempe dan Tahu. http://www.keluarga.net/dapur/. Diakses pada tanggal 21 Juni 2011
Aji, Argo. 1998. Perbaikan Sistem
Kerja Untuk Peningkatan Efektifitas Dan Efisiensi Kerja (Studi Kasus Di Bagian
Pembuatan Kemasan Kantong PT Argha Karya Prima Industri-Tangerang). Skripsi
Jurusan TIP FTP UGM. Yogyakarta
Apriyantono, Anton. 2006. Titik
Kritis Tahu. http://www.halalguide.info Diakses pada tanggal 22 Maret 2011
Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
Ghalia Indonesia
Beigel. 1992. Pengendalian Produksi
Suatu Pendekatan Kuantitatif. Akademika Pressindo. Jakarta
Koswara, Sutrisno. 2007. Nilai Gizi
Pengawetan dan Pengolahan Tahu. http://www.ebookpangan.com. Diakses pada tanggal 13 Januari 2011
Madyana, A.M. 1996. Analisis
Perancangan Kerja dan Ergonomi. Fakultas Teknologi Industri,Universitas
Atmajaya. Yogyakarta
Miller, D.M Schmidt, J.W. 1984. Industrial
Engineering and Operation Research. Jhon Wileys and Sons. New York
Nurhasan, Pramudyanto, BB. 1991. Penanganan
Air Limbah Tahu. Penerbit Yayasan Bina Lestari
Sutalaksana, dkk. 1979. Teknik Tata
Cara Kerja. Jurusan Teknologi Industri, ITB. Bandung
Wignjosoebroto, S. 1995. Ergonomi,
Studi Gerak dan Waktu (Teknik Analisis untuk Peningkatan Produkvitas Kerja).
Edisi Pertama Cetakan Kedua . Gunawidya. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar