5/05/2011

asidimetri


A.                 Hasil dan Pembahasan
Pada laporan ini akan membahas mengenai titrasi asam-basa dalam menentukan kadar basa suatu larutan. Yang dimaksud dengan titrasi adalah penambahan titran ke dalam analit didasarkan pada proses pengukuran volume titran. Pada titrasi terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi, seperti reaksi harus berlangsung cepat agar mengefiensikan waktu, reaksi harus berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping, pada saat kesetaraan antara zat yang dititrasi dan penitrasi harus ada perubahan yang nyata sehingga dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan indikator yang digunakan, serta harus ada zat atau alat yang dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Penentuan kadar basa dilakukan dengan titrasi asidimetri. Yang dimaksud dengan titrasi asidimetri adalah penentuan kadar basa dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku standar dengan indikator pH yang sesuai. Larutan baku standar asam digunakan sebagai titran dan larutan yang akan ditentukan kadar basanya digunakan sebgai titrat. Pada titrasi asidimetri ini menggunakan larutan basa Na2HCO3 yang dititrasi menggunakan larutan HCl. Sebelum digunakan untuk menitrasikan, HCl harus distandarisasikan terlebih dahulu karena HCl merupakan larutan baku sekunder yang mudah dipengaruhi oleh CO2 dalam udara sehingga harus dibakukan dahulu menggunakan zat baku primer. Yang dimaksud dengan larutan baku primer adalah zat baku yang langsung setelah ditimbang secara aalitik dapat digunakan dalam titrasi dan dapat dihitung zat yang dianalisa yang terdapat dalam cuplikan yang setara dengannya, pada titrasi ini yang dipakai adalah larutan borak (Na2B4O7). Karena adanya reaksi antara borak, HCl dan H2O maka akan menghasilkan NaCl dan H3BO3 dimana H3BO3 merupakan asam lemah yang dimana nanti akan bereaksi dengan larutan basa sehingga dapat diketahui kadar basanya.

Tabel 1.1 Hasil Standarisasi HCl dengan Larutan Baku Primer Na2B4O7
kelas
N
HCl
V HCl
(ml)
N
Na2B4O7
V Na2B4O7
(ml)
Perubahan
warna
A
0,3
3,5
0,1
10
bening ke kekuningan menjadi pink
B
0,062
16,25
0,1
10
bening ke
merah muda
Sumber : Laporan Sementara

Dari hasil standarisasi praktikum dengan menggunakan Na2B4O7 0,1 N sebanyak 10 ml, pada kelas A terjadi perubahan warna dari bening kekuningan menjadi merah muda pada saat 3,5 ml sedangkan pada kelas B terjadi perubahan warna yang sama pada saat 16,25 ml. Karena Na2B4O7 dan HCl berbanding lurus, maka dapat diketahui bahwa N HCl pada kelas A sebesar 0,3 N dan pada kelas B sebesar 0,062 N. Berdasarkan hasil tersebut dikatakan tidak sesuai dengan HCl yang akan digunakan pada penentuan kadar basa karena nilai normalitas yang digunakan seharusnya sebesar 0,1 N atau 0,5 N. Hal itu dapat terjadi dikarenakan pada pengukuran volume yang tidak tepat, penghentian pada perubahan warna yang kurang pada kelas A dan berlebih pada kelas B  serta pembacaan volume pada buret yang tidak tepat, selain itu juga dapat dipengaruhi adanya udara luar (CO2) yang berlebih.

Tabel 1.2  Hasil Penentuan Kadar Basa
sampel
kel
berat (gr)
V HCl
(ml)
N
HCl
perubahan warna
pH
kadar basa
(%)
soda
1
2,5
9,5
0,5
kuning-merah
0,4
20,14
abu 
2
2,5
9,5
0,5
kuning-merah
0,4
20,14

8
2,5
36
0,1
kuning-merah
2,2
15,26

9
2,5
39
0,1
kuning-merah
2,2
16,54
soda
3
2,5
8,4
0,5
kuning-pink
1,5
14,11
kue 
4
2,5
7,5
0,5
kuning-pink
7,3
12,60

10
2,5
27,7
0,1
kuning-pink
0,7
9,31

11
2,5
25,4
0,1
jingga-merah
5,2
8,53
boraks
7
2,5
6,45
0,5
kuning-pink
7,4
26,06

14
2,5
11,5
0,1
kuning-orange
2,3
46,46
caustic
5
2,5
15,5
0,5
kuning-pink
0,6
12,40
soda 
6
2,5
18
0,5
kuning-pink
1,6
14,40

12
2,5
54
0,1
kuning-jingga
2,6
8,64

13
2,5
40,5
0,1
kuning-jingga
1,7
6,48
            Sumber : Laporan Sementara

Pada titrasi penentuan kadar basa dilakukan dengan menggunakan sampel soda abu, soda kue, borak dan caustic soda yang masing-masing seberat 2,5 gram tetapi dengan dua nilai normalitas HCl yang berbeda, yaitu 0,1 N dan 0,5 N. Untuk soda abu terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah pada penambahan HCl sebanyak 9,5 ml dan pH 7,4. Pada HCl 0,5 N didapatkan kadar basa sebesar 20,14 % sedangkan pada HCl 0,1 N didapatkan kadar basa rata-rata sebesar 15,9 %. Untuk soda kue terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda pada penambahan HCl sebanyak 37,5 ml dan pH 2,2 pada HCl 0,5 N dengan kadar basa rata-rata sebesar 13,36 % sedangkan pada HCl 0,1 N saat penambahan HCl sebanyak 7,95 ml dengan pH 4,4 dan kadar basa rata-rata sebesar 8,92 %. Untuk borak terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda saat penambahan HCl sebanyak 6,45 ml dengan pH  7,4 pada HCl 0,5 N dengan kadar basa sebesar 26,06 % sedangkan pada HCl 0,1 N terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange saat penambahan HCl sebanyak 11,5 ml dengan pH 2,3 dan kadar basa sebesar 46,46 %. Untuk caustic soda HCl 0,5 N terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda saat penambahan HCl sebanyak 11,75 ml dengan pH 1,1 dan kadar basa rata-rata sebesar 13,4 % sedangkan pada HCl 0,1 N terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga saat penambahan HCl sebanyak 47,25 ml dengan pH 2,15 dan kadar basa rata-rata sebesar 7,56 %.
Berdasarkan dari semua hasil praktikum, kadar basa tertinggi terjadi saat penggunaan HCl 0,1 N dengan perubahan warna dari kuning ke orange dengan penambahan HCl sebanyak 11,5 ml pada pH 2,3 yang kadar basanya sebesar 46,46 % sedangkan kadar basa terendah terjadi saat penggunaan HCl 0,1 N dengan perubahan warna dari kuning menjadi jingga dengan penambahan HCl sebanyak 40,5 ml pada pH 1,7 yang kadar basanya sebesar 6,48 %. Faktor yang mempengaruhi terhadap kadar basa adalah nilai normalitas (semakin tinggi nilai normalitasnya maka semakin tinggi pula kadar basanya), jumlah penambahan titran (semakin banyak volume yang ditambahkan maka semakin besar pula kadar basanya), nilai BM (semakin banyak nilai BM-nya maka semakin besar pula kadar basanya) dan berat sampel (semakin besar berat sampel maka akan semakin kecil kadar basanya). 

Tabel 1.3  Hasil Pembuatan Kurva Titrasi

5/04/2011

 file:///E:/Food%20Pigments.pptx

ACARA II
MORFOLOGI DAN PEWARNAAN BAKTERI

A.    Pendahuluan
  1. Tujuan Praktikum
Mempelajari morfologi bakteri dan membedakan jenis bakteri
  1. Waktu dan tempat praktikum
Praktikum mikrobiologi umum dilaksanakan pada tanggal  23 maret 2011 di laboratorium rekayasa proses Teknologi Hasil Pertanian,Universitas Sebelas Maret Surakarta.


B.     Tinjauan Pustaka
Zat warna adalah suatu senyawa organic yang komplek yang mempunyai pembawaan khusus yaitu : warna yang dapat dipertahankan dalam jaringan. Oleh karena itu zat warna harus terdiri dari chromophore dan auxochrome. Adapun radikel auxochrome yang paling penting adalah NH3 dan OH. Menurut sifatnya, zat wrna dibedakan atas :
1.      zat warna asam
      Adalah garam-garam dari asam-asam pembawa warna dengan radikel basa yang tidak berwarna, misalnya : acid fuchsin, eosn dan sebagainya.
2.      Zat warna basa
      Adalah garam – garam dari basa – basa pembawa warna dengan radikel asam yang tidak berwarna, misalnya : Hematoxylin, basic fuchsin dan sebagainya
Sebagian besar zat warna asam adalah garam – garam dari sodium atau potassium, sedang zat warna basa adalah sebagian besar chloride atau sulphatenya basa organic. (Handari suntoro.1983)
Pewarnaan merupakan salah satu prosedur yang amat penting dan paling banyak digunakan dalam klasifikasi bakteri. Dengan metode ini bakteri dapat dipisahkan secara umum menjadi dua kelompok besar yaitu :
  1. oganisme yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu kristal iodium sampai pada akhir prosedur (sel-sel tamapk biru gelap atau ungu) disebut gram positif
  2. Organisme yang kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alcohol namun kemudian tewarnai oleh pewarna tandingan, safranin (sel-sel tampak merah muda) disebut gram negative. Karena kemampuannya untuk membedakan suatu kelompok bakteri tertentu dari kelompok lainnya, pewarnaan gram disebut juga pewarnaan diferensial.  (Ratna Siri Hadioetomo. 1990)
Bakteri hidup di lingkungan yang lebih encer sehingga terdapat arus masuk air kedalam sel.Hal itu mengakibatkan adanya tekanan air menekan membrane sel, Tekanan air terhadap membran sel disebut tekanan turgor. Membran sel tidak mampu menahan tekanan turgor, sehingga bakteri memerlukan struktur yang lebih kaku untuk menahan tekanan turgor.Struktur kaku itu disebut dinding sel,Dinding sel terdapat di sebelah luar membran sel.Pada bakteri, dinding sel merupakan struktur lapisan di sebelah luar membran sel.Pada bakteri gram negatif dinding sel terdiri atas beberapa lapis peptidoglikan dan membran luar ,sedangkan dinding sel bakteri gram positif terdiri atas berlapis lapis peptidoglikan,karena bagian terluar dinding sel bakteri gram negatif adalah membran luar,maka pewarnaan gram menghasilkan warna pink.Pink merupakan warna safranin yang mewarnai membran luar.Hal sebaliknya terjadi pada bakteri gram positif yang bagian terluarnya adalah peptidoglikan,hasil pewarnaan gram menghasilkan warna biru keunguan,Biru keunguan adalah warna kristal violet yang mewarnai peptidoglikan . (Tjahjadi Purwoko. 2007)
Bila berada dalam kondisi-kondisi yang tepat sel-sel tumbuhan atau hewan akan ghidup berkembang biak bahkan memperlihatkan sifat-sifat yang berbeda dalam sebuah cawan kultur jaringan sel-sel tersebut dapat diamati melalui mikroskop dan efek efek penambahan molekul-molekul tertentu seperti hormon dan faktor pertumbuhan dapat diteliti dengan seksama. Percobaan-percobaan mengenai sel dalam suatu kultur kadang dilakukan secara infitro. Percobaan organisme yang utuh dilakukan secara invivoBagi mereka invitro mengacu pada reaksi biokimia yang berlangsung diluar sel hidup sedangkan invivo mengacu kereaksi yang berlangsung dalam sel hidup (Brunce Albert dkk. 1994)
Proses pewarnaan diferensial ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas dua kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri. Reagen pertama disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua disebut bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bilakomponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir tetap warna dasar. Sel-sel mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus pandang (transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa hingga sukar dilihat karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan cara mewarnai sel-sel tersebut dengan zat-zat warna (Rustan, 2009)
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya (Anonim a, 2011)
Metode pengecatan atau pewarnaan berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah pewarna sederhana dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies (Firman, 2009)
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Anonim b, 2011)
Sel-sel mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus pandang (transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa hingga sukar dilihat karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan cara mewarnai sel-sel tersebut dengan zat-zat warna. Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadioetomo, 1990)
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang,dan secara alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus subtilis tumbuh di berbagai mesophilic suhu berkisar 25-35 derajat Celsius. Bacillus subtilis juga telah berevolusi sehingga dapat hidup walaupun di bawah kondisi keras dan lebih cepat mendapatkan perlindungan terhadap stres situasi seperti kondisi pH rendah (asam), bersifat alkali, osmosa, atau oxidative kondisi, dan panas atau etanol Bakteri ini hanya memiliki satu molekul DNA yang berisi seperangkat set kromosom. Beberapa keunggulan dari bakteri ini adalah mampu mensekresikan antibiotik dalam jumlah besar ke luar dari sel. Sedangkan Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobacteraceae yang termasuk gram negatif dan berbentuk batang yang fermentatif. E. coli hidup dalam jumlah besar di dalam usus manusia, yaitu membantu sistem pencernaan manusia dan melindunginya dari bakteri patogen. Akan tetapi pada strain baru dari E.coli merupakan patogen berbahaya yang menyebabkan penyakit diare dan sindrom diare lanjutan serta hemolitik uremic. Peranan yang mengguntungkan adalah dapat dijadikan percobaan limbah di air, indikator pada level pencemaran air serta mendeteksi patogen pada feses manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi.Endospore adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stres karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di lingkungan sampai kondisi menjadi baik. (Fajriana. 2008)
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.   Pewarnaan sederhana
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
2.   Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam
Pewarnaan differensial
Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
  • Zat warna utama (violet kristal)
  • Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
  • Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
  • Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel  dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
  • Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
  • Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam
  • lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
  • Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
  • Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
  • Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
  • Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
  • Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
  • Peka terhadap streptomisin
  • Toksin yang dibentuk Endotoksin
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
  • Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
  • Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
  • Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
  • Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
  • Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
  • Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
  • Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
  • Tidak peka terhadap streptomisin
  • Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin. (Anonim c, 2011)
Sebuah epifluorescence cepat metode pewarnaan menggunakan LIVE / DEAD Viabilitas Bakteri Kit (Bac LightE) diaplikasikan untuk : memperkirakan baik dan total jumlah layak bakteri dalam air minum noda. Bac Cahaya terdiri dari mengikat nukleat asam-dua: menembus semua membran bakteri dan noda hijau sel-sel, sementara propidium iodida hanya menembus sel-sel dengan membran yang rusak, dan kombinasi dari dua noda menghasilkan sel fluorescing merah. optimum ditemukan 15 sampai 20 menit, pada suhu kamar dalam gelap. Total (red 1 green) and viable Jumlah (merah 1 hijau) dan layak (Hijau) sel maka dapat dihitung secara bersamaan. Factors affecting the staining procedure were tested (addition of Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pewarnaan yang diuji (penambahan glutaraldehid pewarnaan waktu,, klorin dampak Dengan tidak adanya stres, Bac Light jumlah layak adalah sebanding dan 5-cyano-2,3-ditolyl tetrazolium (CTC) counts. Bac total jumlah Light sebanding dengan jumlah acridine oranye (berbeda dengan , 0.1 log/ml). , 0,1 log / ml). Namun, peningkatan tekanan lingkungan (klorin, laju pertumbuhan atau suhu) memicu penurunan 1999 Elsevier Science viabilitas yang lebih jelas untuk dan plat jumlah CTC daripada jumlah Light layak Bac. © 1999 Elsevier Science (Prevost Michele 1999)
bakteri adalah kelompok yang paling beragam dan berlimpah organisme di bumi. Bakteri mendiami hampir semua lingkungan di mana beberapa air cair tersedia dan suhu di bawah + 140 c. Mereka ditemukan di air laut, tanah, udara, saluran animals'gastrointestinal, air panas dan bahkan jauh di bawah kerak bumi di batuan. Hampir semua permukaan yang belum secara khusus disterilisasi dicakup dalam bakteri. Jumlah bakteri di dunia diperkirakan sekitar lima juta triliun triliun. bakteri hampir semua tak terlihat dengan mata telanjang, dengan beberapa pengecualian yang sangat jarang, seperti thiomangarita namibiensis.they adalah organisme uniseluler dan kurangnya genom terikat membran organelles.their biasanya sebuah loop tunggal DNA, walaupun mereka juga dapat pelabuhan potongan-potongan kecil DNA yang disebut plasmid plasmids.These bisa ditransfer sel betwen melalui conjugation.bacteria bakteri dikelilingi oleh dinding sel, yang menyediakan kekuatan dan kekakuan untuk cells.They mereka berkembang biak dengan pembelahan biner atau kadang-kadang oleh budding, tetapi tidak mengalami seksual reproduction.some spesies membentuk spora sangat tangguh, tetapi untuk bakteri ini adalah sebuah mekanisme untuk bertahan hidup, bukan reproduksi. Dalam kondisi yang optimal bakteri dapat tumbuh sangat cepat dan dapat melipatgandakan secepat setiap 10 menit.(Prof Lani Manahan 2008)

C.     Metodologi
  1. Alat dan bahan
-          Gelas objek
-          Gelas Penutup
-          Batang gelas
-          Jarum oose
-          Rak tabung reaksi
-          Bunsen burner atau Bunsen spirtus
-          Label dan tissue
-          Mikroskop cahaya
-          Minyak emersi
-          Biakan murni Lactobacillus sp. Dan Escherichia coli dalam tabung reaksi
-          Larutan pewarna negatif









  1. Cara kerja


D.    Hasil dan Pembahasan
  1. Hasil Percobaan
No
Sampel
Kel
Gambar
Keterangan
1
Bacillus Sp.
(Negatif)
1





2
E.Coli
(Negatif)
1






3
Bacillus Sp.
(Negatif)
2






4
E.Coli
(Negatif)
2






5
Bacillus Sp.
(Negatif)
3






6
E.Coli
(Negatif)
3






7
Bacillus Sp.
(Acid-Fast)
4/5






8
E.Coli
(Acid-Fast)
4






9
E.Coli
(Acid-Fast)
5






10
Bacillus Sp.
(Gram)
6






11
E.Coli
(Gram)
6






12
Bacillus Sp.
(Gram)
7






13
E.Coli
(Gram)
7






14
Bacillus Sp.
(Gram)
8






15
E.Coli
(Gram)
8






            Sumber : Laporan Sementara.














DAFTAR PUSTAKA


Anonim a. 2011. Pewarnaan Gram. http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram diakses 27 Maret 2011

Anonim b. 2011. Mikro – Banget. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-5-morfologi-mikroba.html. diakses 27 Maret 2011

Anonimc. 2008. Macam macam Teknik Pewarnaan Bakteri. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/12/macam-macam-teknik-pewarnaan-bakteri/.html.diakses 2mei 2011

Brunce Alberts dkk. 1994. Biologi Molekuler Sel Edisi kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fajriana. 2008. Jurnal Mikroum....Pewarnaan Gram. http://qi206.wordpress.com/2008/10/17/mikroumpewarnaan-gram/ = jurnal. Diakses 27 Maret 2011.

Firman. 2009. Jurnal Teknik Pewarnaan Mikroorganisme. http://firmangalung07.blogspot.com/2009/08/teknik-pewarnaan-mikroorganisme.html. diakses 27 Maret 2011

Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.

Handari suntoro.1983 Metode pewarnaan. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Ratna Siri Hadioetomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia. Jakarta.

Rustan. 2009. Jurnal Teknik Pewarnaan Mikroorganisme. http://rustan-biologiofscience.blogspot.com/2009/08/teknik-pewarnaan-mikroorganisme.html. diakses 27 Maret 20101
Lina Boulos, Prevost Michele, Barbeau Benoit, Coallier Josée, Desjardins Raymond 1999.Journal of microbiological methods 37 (!999) 77-86. LIVE / DEAD Bac LightE: method for direct enumeration of viable and total bacteria in drinking water .
Prof Lani Manahan, Bayona,Sarah jane b,Chua,Lennie lynn y,Tan,Randall Isaac f,Department of biology microbiology lab class university of the Philippines manila 2008-2009 Journal of College of Arts and Sciences.
Tjahjadi Purwoko. 2008. Fisiologi Mikrobia. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
























H. H. A. NTAILIANASA. NTAILIANAS
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM
MORFOLOGI DAN PEWARNAAN BAKTERI



 











Kelompok 8 :
Estia Ruhananingtyas
H 1909003
Gandes Ayu
H 1909005
Hanum Laila
H 1909008
Listiyana Sita  
H 1909012
Maria Regina
H 1909014
Miswadi
H 1909016



PROGAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
 SURAKARTA
2010